Minggu, 21 Juli 2013

Sebuah Gua Yang Segera Ditinggalkan

Meninggalkan apapun atau siapapun yang sudah bertahun-tahun bersama dan terbiasa, bukanlah satu perkara mudah. Terlebih jika terlalu banyak hal menyenangkan yang membekas. 
Dalam beberapa hari terakhir ini, saya banyak berkemas. Bersegera meninggalkan pavi yang ditinggali sejak tahun 2010. Lebih kurang tiga  tahun sudah, mendiami pavi kedua itu. Setiap kali kembali ke kota Djogja, saya selalu merasa ‘pulang’.
Pavi sudah menjadi bagian cerita dalam hidup saya. Bagaimana ia menjelma menjadi sebuah gua tempat berinspirasi, bermeditasi, dan bercinta dengan huruf-huruf. Di sana pula pernah lahir banyak manuskrip. Lembaran-lembaran skenario cerpen/puisi pendek, mereka semua penuh dengan rasa emosional. Pavi adalah saksi bisu yang sering tahu suasana hati. Kala panas membara, ia mendinginkan kepala dan hati untuk tenang. 
Suatu hari nanti, saya akan merindukan Pavi lebih dari saat ini. 

Ini baru satu, tentang berkemas dan berpindah. Menyimpan semua cerita dalam beberapa dus saja. Kemudian akan ada cerita yang sama sedang menanti. Masih di tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar